CATATAN SEORANG BUNDA
Mentari hari ini bersinar teduh, tidak mendung dan tidak pula panas membakar. Sungguh karunia Illahi yang tiada tara. Prabumulih bergembira hari ini, merayakan Ulang Tahun kota ini yang ke- 13.
Perayaan yang diisi dengan pawai pembangunan tampak meriah, tapi kemeriahan yang kusaksikan didepan mata ini berbeda sekali dengan suasana hati ini.
Hal itu karena aku tak mampu mewujudkan keinginan putriku untuk berbusana cantik seperti yang lainnya. Padahal seharusnya semua itu dapat terwujud andai saja aku punya cukup uang untuk menyewa pakaian yang yang diidamkannya.
Tak terlihat kecewa diwajahnya walau ku tahu begitu besar hasrat dihatinya untuk memakai gaun itu. Rasa kecewa itu dipendam dalam hati karena tak ingin menbuat aku bersedih. Maafkan Bunda nak.
Sedih rasanya mendengar semua cerita tentang teman- temannya yang Ibunya rela merogoh kocek demi sebuah gaun yang bernilai ratusan ribu rupiah. Hal yang mustahil dapat kulakukan saat ini.
Sella, kecewakah engkau pada Bunda? Yang tak mampu memberi kebahagiaan itu diakhir tahun sekolahmu ini.
Yah, ku tahu ini tahun terakhir dia menduduki bangku sekolah. Seperti tahun- tahun yang lalu dia selalu mengikuti karnaval tanpa perlu mengeluarkan biaya besar. Maafkan Bunda nak!
Penyesalan ini begitu terasa di hati. Kenapa Tuhan? Kenapa harus kukecewakan hatinya? Padahal aku sudah berjanji.
Dia yang selalu mengerti aku, membantu semua pekerjaan dirumah ini. Seharusnya dia mendapatkan haknya setelah semua kewajiban dilakukannya.
Dia bukan saja anak yang baik tapi juga rajin dan sedari kecil dia selalu memberikan prestasi terbaiknya untukku. Jujur ada sedih dan kecewa dihati ini. Tak pernah sekalipun dia minta sesuatu yang berlebihan padaku. Maafkan Bunda nak!
Kau pasti sangat kecewa pada Bunda.
Matamu tampak berbinar saat memandang barisan gaun- gaun cantik yang berjalan itu.
Inilah Bunda, begitu banyak kekurangan dalam diri ini. Kau tahu! Begitu ingin Bunda melihatmu berjalan dalam barisan bergaun indah itu. Tapi apalah daya Bunda tak punya cukup kemampuan untuk mewujudkan mimpimu itu nak.
Apakah kau membenci Bunda wahai anakku sayang? Masih adakah kesempatan di hari esok untuk mewujudkan mimpi itu menjadi nyata? Agar Bunda dapat menghapus semua kecewa dalam hatimu.